I. Pendahuluan
Tanaman durian merupakan tanaman
buah berupa pohon. Tanaman durian semula berupa tanaman liar yang
berasal dari hutan Malaysia,Sumatra, dan Kalimantan. Buah durian sangat
digemari hampir semua orang dan sudah dikenal di Asia Tenggara sejak
abad VII Masehi. Buah durian rasanya manis, harum dengan warna
dagingnya putih sampai kekuningan dan banyak mengandung kalori,
vitamin, lemak dan protein. Di Thailand budidaya tanaman durian sudah
dilakukan secara intensif dalam kawasan berbentuk kebun yang cukup luas,
sedang di Indonesia pada umumnya masih berupa tanaman yang di tanam di
pekarangan. Manfaat tanaman durian selain diambil buahnya, pohonnya
dapat dipakai sebagai pencegah erosi di lahan yang miring, batangnya
dapat digunakan sebagai bahan tinggi, sehingga bangunan, bijinya
mempunyai kandungan pati cukup dapat dipakai sebagai alternatif
pengganti makanan, kulitnya dapat dipakai sebagai bahan abu gosok yang
bagus.
II. Syarat Tumbuh
a. Iklim.
Durian tumbuh dengan baik di daerah tropika basah dengan curah hujan > 2.000 mm/tahun dan tersebar merata sepanjang tahun dengan lama bulan basah 9-10 bulan/tahun dan 1-2 bulan kering sebelum berbunga. Intensitas cahaya 40-50%, dengan suhu 22-30ÂșC.
b. Ketinggian Tempat.
Ketinggian tempat yang baik antara 100-500 M dpl, jika ditanam pada daerah yang lebih tinggi akan menurunkan mutunya.
c. Tanah.
Durian tumbuh dengan baik di daerah tropika basah dengan curah hujan > 2.000 mm/tahun dan tersebar merata sepanjang tahun dengan lama bulan basah 9-10 bulan/tahun dan 1-2 bulan kering sebelum berbunga. Intensitas cahaya 40-50%, dengan suhu 22-30ÂșC.
b. Ketinggian Tempat.
Ketinggian tempat yang baik antara 100-500 M dpl, jika ditanam pada daerah yang lebih tinggi akan menurunkan mutunya.
c. Tanah.
- Tanaman durian akan tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH 5-7 dan optimum pada pH 6-6,5.
- Kondisi drainase lahan harus baik, dengan kedalaman air tanah antara 50-150 cm dan 150-200 cm, karena akar durian sangat peka (busuk) bila terendam air.
- Tanah grumosol dan andosol cocok untuk tanaman durian.
- Tanah subur dan kaya kandungan bahan organik.
III. Budidaya
a. Pengolahan lahan.
- Lahan dibersihkan dari rerumputan, sisa tebangan, tanaman liar, kemudian dibajak/dicangkul
- Di sekitar kebun perlu dibuat saluran drainase guna menghindari adanya genangan.
- Kegiatan pengolahan lahan dilakukan sebelum musim hujan.
b. Penanaman.
- Jarak tanam 10 x 10 M untuk jenis durian genjah, dan 12 x 12 M untuk jenis durian sedang dan dalam.
- Lubang tanam dengan ukuran 80 x 80 x 70 cm atau 70 x 70 x 60 cm atau disesuaikan dengan jenis tanah dan kondisi lahan, tanah galian bagian atas (20 cm) dipisahkan dengan tanah galian bagian bawah dan dibiarkan selama 2-3 minggu.
- Lubang tanam ditutup kembali, dengan tanah galian atas lebih dahulu dimasukkan setelah dicampur dengan pupuk organik/pupuk kompos sebanyak + 30 kg/lubang.
- Penanaman dilakukan awal musim hujan pada sore hari agar bibit yang sudah ditanam tidak langsung terkena matahari.
- Bibit ditanam sekitar 5 cm di atas pangkal batang dan diikat pada batang kayu/bambu agar tanaman dapat tumbuh tegak lurus.
- Bibit yang sudah ditanam sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sengatan matahari curah hujan yang lebat. Naungan dapat dibongkar setelah tanaman berumur 3-5 bulan.
- Tanah di sekitar tanaman sebaiknya ditutup rumput/jerami kering sebagai mulsa, agar kelembaban tanah dapat stabil.
c. Pemeliharaan.
- Penyiangan, dilakukan untuk membuang gulma yang tumbuh di sekitar tanaman (1 m dari batang pohon) yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman.
- Penyiraman, hal-hal yang perlu diperhatikan :
- Tahap awal pertumbuhan penyiraman dilakukan setiap hari pagi dan sore hari, tetapi tanah tidak boleh tergenang terlalu lama (terlalu basah).
- Kebutuhan air pada masa vegetatif 4-5 L/hari dan pada masa produktif 10-12 L/hari.
- Setelah tanaman berumur satu bulan penyiraman dilakukan 3x/minggu. Jika tanaman sudah berbuah, penyiraman harus diperhatikan karena kalau kekurangan air dapat mengakibatkan kerontokan buah.
- Tanaman durian akan membutuhkan banyak air setelah panen karena diperlukan untuk memulihkan kondisi tanaman menjadi normal kembali.
3. Pemupukan pada tanaman yang belum berbuah, dilakukan dengan dosis sbb:
a. Pemupukan NPK (15:15:15) dilakukan 2 kali/tahun, dengan dosis sbb:
a. Pemupukan NPK (15:15:15) dilakukan 2 kali/tahun, dengan dosis sbb:
- Tanaman umur 1 tahun, dosis pupuk NPK 40 - 80 gr/pohon/tahun.
- Tanaman umur 2 tahun, dosis pupuk NPK 150 – 300 gr/pohon/tahun.
- Tanaman umur 3 – 4 tahun, dosis pupuk NPK 400 – 600 gr/pohon/tahun.
b. Pupuk organic/kompos/pupuk kandang diberikan setahun sekali pada akhir musim hujan dengan dosis minimal 15-20kg/pohon.
4. Pemupukan pada tanaman yang sudah menghasilkan/berbuah, dengan dosis/pohon sbb :
4. Pemupukan pada tanaman yang sudah menghasilkan/berbuah, dengan dosis/pohon sbb :
- Sesudah pemangkasan, pupuk organik 40-60 kg, urea 670 gr, SP-36 890 gr, KCl 530 gr
- Saat pucuk mulai menua, urea 335 gr, SP-36 445 gr, KCl 265gr
- Dua bln setelah pemupukan kedua, urea 180 gr, SP-36 650 gr, KCl 150 gr
- Saat muncul bunga, urea 45 gr, SP-36 225 gr, KCl 100 gr
- Satu bulan sbelum panen, urea 180 gr, SP-36 650 gr, KCl 150gr.
5. Cara memupuk, dibuat selokan
melingkari tanaman dengan garis tengah selokan disesuaikan dengan
lebarnya tajuk pohon. Kedalaman selokan dibuat 20-30 cm dan tanah
cangkulan disisihkan di pinggirnya. Sesudah pupuk disebarkan secara
merata ke dalam selokan, tanah tadi dikembalikan untuk menutup selokan
dan diratakan. Apabila tanah dalam keadaan kering segera lakukan
penyiraman.
6. Pemangkasan akar.
6. Pemangkasan akar.
- Pemangkasan akar akan menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman sampai 40% selama 1 musim. Selama itu pula tanaman tidak dipangkas. Pemangkasan akar selain membuat tanaman menjadi cepat berbuah juga meningkatkan kualitas buah, buah lebih keras dan lebih tahan lama.
- Waktu pemotongan akar paling baik pada saat tanaman mulai berbunga, paling lambat 2 minggu setelah berbunga. Jika dilakukan melewati batas, hasil
- tanaman durian diiris sedalam 60-90 cm dan sejauh 1,5-2 meter dari panen berkurang dan pertumbuhan terhambat.
- Cara pemotongan: kedua sisi barisan pangkal batang.
7. Pemangkasan bentuk, dilakukan dengan :
- Tanaman sudah berumur 1 tahun.
- Pelihara satu batang utama, potong calon cabang primer yang tidak diinginkan (cabang dengan pertumbuhan terlalu panjang, tidak normal atau terserang hama & penyakit), cabang-cabang primer terpilih diatur jaraknya sekitar 40-60 cm.
- Pertumbuhan cabang diarahkan supaya mendatar atau membentuk sudut sekitar 90 derajat dengan batang utama, dengan mengikat pucuk cabang dengan tali yang diberi pemberat.
- Tunas-tunas liar yang tumbuh di cabang terpilih harus dipangkas dan sisakan 1-2 cm dari pangkal cabang.
- Tinggi tanaman dipertahankan sekitar 4 m dari permukaan tanah dan cabang terendah berjarak 0,7-1 m dari permukaan tanah.
- Oleskan pada bagian yang dipangkas dengan ter/meni/pestisida
8. Pemangkasan pemeliharaan, dilakukan dengan :
- Tanaman sudah mulai berproduksi pertama
- Memangkas cabang bersudut kecil, cabang dan ranting yang terserang hama & penyakit. Pemangkasan ranting pada cabang besar/produktif dibersihkan dengan menyisakan 1/3 bagian ujung
- Memangkas cabang/tunas liar yang tumbuh tidak pada tempatnya
- Memangkas dahan dan ranting yang rapat, bersilangan atau tersembunyi/terlindung
- Memangkas dahan dan rantingyang lemah serta tajuk bagian atas yakni turun 1 ruas pada ujung ranting (terminal)
- Memangkas dahan dan ranting yang pertumbuhannya ke arah dalam tajuk atau ke arah bawah
- Pertahankan ketinggian optimal 3-4 m atau 5-6 m
- Oleskan pada bagian yang dipangkas dengan ter/meni/pestisida
9. Penyerbukaan buatan, dilakukan dengan :
- Mengumpulkan serbuk sari dalam kantong plastic bersih dengan menggoyang-goyangkan bunga atau disapu dengan kuas halus
- Melakukan penyerbukan buatan pada malam hari jam 19.00-21.00, dengan mengoleskan serbuk sari ke kepala putik memakai kuas halus
10. Penjarangan buah. Penjarangan
buah bertujuan untuk mencegah kematian durian agar tidak menghabiskan
energinya untuk proses pembuahan. Penjarangan berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup, rasa buah, ukuran buah dan frekuensi pembuahan
setiap tahunnya. Penjarangan dilakukan bersamaan dengan proses
pengguguran bunga, begitu gugur bunga selesai, besoknya harus dilakukan
penjarangan (tidak boleh ditunda-tunda).
Penjarangan dilakukan secara :a. Penjarangan secara mekanis, dilakukan :
- Pada saat buah sebesar bola tenis dengan menyisakan tiap dompol 1-2 buah dengan bentuk normal, sehat dan bebas dari hama & penyakit,
- Buah tidak saling bersinggungan dengan membuat jarak antara dompol dalam satu cabang 20-30 cm.
b. Penjarangan kimiawi, yaitu
dengan menyemprotkan hormon tertentu (Auxin A), pada saat bunga atau
bakal buah baru berumur sebulan. Pada saat itu sebagian bunga sudah
terbuka dan sudah dibuahi. Ketika hormon disemprotkan, bunga yang telah
dibuahi akan tetap meneruskan pembuahannya sedangkan bunga yang belum
sempat dibuahi akan mati dengan sendirinya.
d. Hama dan Penyakit.1. Hama
a) Penggerek buah (Jawa : Gala-gala), bagian yang diserang buah.
Gejala, buah yang diserang kadang-kadang jatuh sebelum tua. Pengendalian dilakukan dengan cara :
1) Kultur teknis yaitu,
• membungkus/membrongsong buah terpilih sejak dini
• pengasapan di bawah pohon pada sore hari untuk mengusir imago
2) Mekanis yaitu, mengumpulkan buah yang terserang hama dan gugur untuk dimusnahkan/dikubur
3) Biologis yaitu, menggunakan semut rang-rang untuk mengusir imago atau menggunakan musuh alami lain yaitu lalat Tachinidea (Argyroplax basifulfa), Ventura, sp.
4) Kimiawi yaitu, penyemprotan insektisida, seperti Basudin, Sumithion 50 AC, Thiodan 35 EC, dengan dosis 2-3 cc/liter air.
b) Lebah mini, gejala, bagian yang diserang ranting dan daun.
Gejala: penggerekan ranting-ranting muda dan memakan daun- daun muda. Pengendalian yaitu, menggunakan parvasida, seperti Hostathion 40 EC (Triazofos 420 gram/liter), dan insektisida, seperti Supracide 40 EC dosis 420 gram/liter dan Temik 106 (Aldikarl 10%).
c) Ulat penggerek bunga.
Gejala : kuncup bunga terserang akan rusak dan putiknya banyak yang berguguran, benang sari dan tajuk bunga rusak semua, sedangkan kuncup dan putik patah karena luka digerek ulat.
Pengendalian yaitu, menyemprotkan obat-obatan seperti Supracide 40 EC, Nuvacrom SWC, Perfekthion 400 EC (Eimetoat 400 gram/liter).
d) Kutu loncat durian, bagian yang diserang daun.
Gejala : kutu loncat bergerombol menyerang pucuk daun yang masih muda dengan cara menghisap cairan pada tulang-tulang daun sehingga daun-daun akan kerdil dan pertumbuhannya terhambat; setelah menghisap cairan, kutu ini mengeluarkan cairan getah bening yang pekat rasanya manis dan merata ke seluruh permukaan daun sehingga mengundang semut-semut bergerombol.
Pengendalian dilakukan dengan cara :
1) Kultur teknis yaitu, dilakukan sanitasi kebun terutama daun kering
2) Mekanis yaitu, daun dan ranting-ranting yang terserang dipangkas dan dimusnahkan
3) Kimiawi yaitu, menyemprotkan insektisida Supracide 40 EC dosis 100-150 gram/5 liter air.
e) Penggerek batang dan cabang.
Gejala : adanya lubang kecil bekas gerekan pada batang, dahan atau ranting dan mengeluarkan cairan dan kotoran berwarna kemerahan, akibatnya tanaman kering, daun layu/rontok dan mati.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara :
1) Kultur teknis, sanitasi kebun dari gulma dan tanaman inang seperti tanaman jeruk, kopi, kakao, sirsak dll.
2) Mekanis, memotong bagian tanaman yang terserang 5 cm di bawah lubang gerek, kemudian membakarnya supaya larva mati atau memasukkan kawat ke dalam lubang gerekan sehingga larva mati karena tertusuk kawat.
3) Biologis, menggunakan musuh alami yaitu Brazon zeuzerae (fam. Tachinidea) dan cendawan Beauveria bassiana.
4) Kimiawi, aplikasi parafin karbolinium plantarum dengan dosis 2 cc/L atau menginfus tanaman menggunakan insektisida sistemik melalui batang atau ujung akar.
f) Rayap, bagian yang terserang batang.
Gejala : adanya alur atau terowongan dari tanah yang menempel di batang.
Pengendalian dilakukan dengan cara :
1) Kultur teknis yaitu, membersihkan kebun dari sisa bonggol kayu atau gulma dan membersihkan batang tanaman dari alur/terowongan rayap
2) Kimiawi yaitu, menggunakan Furadan disekeliling pohon dengan dosis 30-50 gr/pohon atau aplikasi insektisida Decis 2,5 EC, Diazinon 600 EC sesuai dosis anjuran.
g) Kumbang daun dan buah muda.
Gejala : adanya perubahan warna pada bagian yang terserang (warna perunggu) serta permukaan atas daun terdapat bercak berwarna kekuningan.
Pengendalian dilakukan dengan cara:
1) Biologis, menggunakan musuh alami predator dari Fam. Coccinellidae dan Chrysophidae.
2) Kimiawi, aplikasi akarisida Antimit 570 EC (bahan aktif progargit) dosis 7 cc/liter.
h) Penggerek biji.
Gejala : lubang pada kulit buah kemudian masuk ke dalam daging buah hingga ke dalam biji.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara :
1) Kultur teknis yaitu, memusnahkan buah dan biji yang terserang
2) Mekanis yaitu,
• membungkus/membrongsong buah terpilih sejak dini
• pengasapan di bawah pohon pada sore hari untuk mengusir imago
3) Kimiawi yaitu, penyemprotan dengan insektisida terdaftar dan berijin, dilakukan setelah tanaman selesai berbunga.
i) Kutu dompolan, bagian yang terserang bunga dan buah.
Gejala : bunga dan buah muda yang terserang menjadi gugur. Pengendalian dilakukan dengan cara :
1) Kultur teknis yaitu,
• Pemupukan dan pengairan yang seimbang, sesuai rekomendasi
• hindarkan tanaman durian dari tanaman inang hama
2) Mekanis yaitu, sanitasi lingkungan dengan memusnahkan bagian tanaman yang terserang dan membersihkan gulma di sekitar tanaman durian
3) Biologis yaitu,
• pemanfaatan musuh alami seperti semut hitam, cendawan parasit Empusa fresenil, atau predator Cryptolaemus montrouzieri
• penggunaan insektisida botani seperti larutan umbi bawang putih dicampur cabai
4) Kimiawi yaitu,
• aplikasi insektisida bila dijumpai kerusakan buah 20% setelah penjarangan ketiga
• mencegah datangnya semut yang membawa kutu, dengan cara melilitkan kain, yang telah dibasahi insektisida, pada batang/cabang tanaman.
j) Tupai, bagian yang terserang buah.
Gejala : bagian permukaan kulit buah rusak sampai bagian daging buah.
Pengendalian dilakukan dengan cara :
1) Mekanis yaitu,
• melakukan pembersihan tanaman terutama pada bagian yang menjadi sarang tupai
• mengusir tupai dengan cara gropyokan, perangkap,atau menembak dengan senapan angin
2) Kimiawi yaitu, dengan umpan buah-buahan yang sudah diberi racun, seperti Klerat atau Furadan.
2. Penyakit
a) Phytopthora parasitica dan Pythium complectens, bagian yang terserang buah.
Gejala : daun durian yang terserang menguning dan gugur mulai dari daun yang tua; cabang pohon kelihatan sakit dan ujung- ujungnya mati, diikuti dengan berkembangnya tunas-tunas dari cabang di bawahnya; kulit di atas permukaan tanah menjadi coklat dan membusuk; pembusukan pada akar hanya terbatas pada akar-akar sebelah bawah, tetapi dapat meluas dari ujung akar lateral sampai ke akar tunggang; dilihat dari luar akar yang sakit tampak normal, tetapi jaringan kulitnya menjadi colat tua dan jaringan pembuluh menjadi merah jambu.
Pengendalian dilakukan dengan cara :
1) Kultur teknis yaitu,
• pilih bibit durian kerikil untuk batang bawah karena jenis ini lebih tahan terhadap serangan jamur sehingga dapat terhindar dari serangan penyakit busuk
• upayakan drainase yang baik agar tanah tidak terlalu basah dan air tidak mengalir ke permukaan tanah pada waktu hujan
2) Mekanis yaitu, pohon yang sakit dibongkar sampai ke akarnya dan dibakar.
b) Kanker batang.
Gejala : kulit batang durian yang terserang mengeluarkan blendok (gum) yang gelap; jaringan kulit berubah menjadi merah kelam, coklat tua atau hitam; bagian yang sakit dapat meluas ke dalam sampai ke kayu; daun-daun rontok dan ranting-ranting muda dari ujung mulai mati.
Pengendalian dilakukan dengan cara :
1) Kultur teknis yaitu :
a) Perbaikan drainase agar air hujan tidak mengalir di permukaan tanah
b) menanam tanaman yang tahan terhadap penyakit tersebut
c) memangkas daun yang tidak produktif untuk mengurangi kelembaban kebun
d) melakukan rotasi tanaman
e) melakukan pemupukan dengan pupuk organik/kandang yang dicampur kapur dan mengupayakan pH tanah 6,5
2) Mekanis yaitu, eradikasi tanaman sakit parah/mati, kulit yang sakit dikerok/dibuang sampai bagian yang sehat kemudian dibakar. Luka kerokan dibuat oval meruncing di bagian tas dan bawah sehingga luka cepat tertutup. Luka kerokan kemudian diolesi fungisida dan ditutup dengan karbolinum
3) Biologis yaitu, aplikasi jamur antagonis, Trichoderma harzianum, ke permukaan tanah
4) Kimiawi yaitu, mengkored/mengupas kulit yang sakit sampai ke kayunya yang sehat dan potongan tanaman yang sakit harus dibakar, sedangkan bagian yang terluka diolesi fungisida, misalnya Difolatan 4 F 3%.
c) Jamur upas, bagian yang diserang cabang tanaman.
Gejala : pada cabang-cabang dan kulit kayu terdapat benang- benang jamur mengkilat seperti sarang laba-laba pada cabang-cabang. Jamur berkembang menjadi kerak berwarna merah jambu dan masuk ke dalam kulit dan kayu sehingga menyebabkan matinya cabang.
Pengendalian dilakukan dengan cara :
1) Kultur teknis yaitu, memangkas bagian tanaman yang tidak produktif untuk mengurangi kelembaban
2) Mekanis yaitu, jika jamur sudah membentuk kerak merah jambu sebaiknya dilakukan pemotongan cabang kira-kira lebih 30 cm ke bawah ke bagian yang berjamur dan dimusnahkan
3) Kimiawi,
• Melumasi cabang yang terserang dengan fungisida, misalnya calizin RM
• menyemprotkan Antrocol 70 WP (propineb 70,5%), dosis 100-200 gram/liter air atau 1-1,5 kg/ha aplikasi.
d) Busuk buah.
Gejala awal serangan terdapat bercak-bercak basah berwarna coklat kehitaman pada kulit buah, kemudian busuk pada bagian yang terserang terbentuk miselium dan sporangia berwarna putih.
Pengendalian dilakukan dengan cara :
1) Kultur teknis yaitu,
• Perbaikan drainase supaya tanah tidak terlalu basah/lembab
• areal pertanaman dibersihkan dari tanaman inang patogen seperti pepaya, nenas, jeruk dan coklat
2) Mekanis yaitu,
• memangkas daun dan dahan yang kurang diperlukan untuk mengurangi kelembaban
• pemusnahan buah yang terserang penyakit
• menghindari buah hasil panen bersentuhan dengan tanah
• tinggi cabang terbawah minimal 1 m.
e) Busuk akar.
Gejala : timbulnya bercak nekrotik pada akar lateral dimulai dari bagian ujung; pada tingkat serangan yang tinggi, di atas permukaan tanah terdapat ujung cabang pohon yang mati, diikuti dengan berkembangnya dari cabang di bawahnya, daun layu dan gugur.
Pengendalian dilakukan dengan cara :
1) Kultur teknis yaitu,
• perbaikan drainase agar tanah tidak terlalu lembab/basah
• penggunaan batang bawah yang tahan penyakit
2) Mekanis yaitu,
• menghindari luka mekanis pada bagian akar dan pangkal batang pada waktu pemeliharaan tanaman
• membongkar (eradikasi) tanaman yang terserang berat dan akarnya dimusnahkan
3) Kimiawi yaitu, menggunakan fungisida sistemik dengan cara dikocorkan atau diinfuskan ke akar
f) Bercak daun.
Gejala : adanya bercak-bercak kecil basah pada daun yang semakin melebar, daun kemudian mengering dan gugur. Pengendalian dilakukan dengan cara :
1) Kultur teknis yaitu, memperlebar jarak tanam.
2) Kimiawi yaitu, penyemprotan fungisida dan penyiraman yang teratur sejak dari pembibitan
IV. Daftar Pustaka
Direktorat Budidaya Tanaman Buah,
Direktorat Jenderal Hortikultura, Depatemen Pertanian, 2006. Standard
Operating Procedure (SOP) Durian Sitokong, Kabupaten Kutai Kertanegara
Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, 2010. Standard Operating Procedure (SOP) Durian Kajang, Kabupaten Tanggamus
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Tentang Budidaya Pertanian Durian (Bombaceaesp).
Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, 2010. Standard Operating Procedure (SOP) Durian Kajang, Kabupaten Tanggamus
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 2000. Tentang Budidaya Pertanian Durian (Bombaceaesp).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kami sangat menerima komentar untuk pengembangan bisnis kami, terimakasih atas waktu dan kesempatanya, semoga anda selalu di beri kesuksesan